Minggu, 09 Agustus 2015

Menjelang Pilkada

Di Indonesia lagi demam Pilkada serentak. Termasuk di kantor juga lagi heboh karena beberapa kandidat yang mengurus surat keterangan sehat sebagai salah satu persyaratan untuk maju.
Apa mereka datang sendiri? Ooohhh nooo.. Semuanya mendelegasikan kepada ajudan, asisten ataupun anggota tim suksesnya. Padahal momen untuk mendapatkan 'surat sakti' ini harusnya bisa jadi salah satu media pencitraan lhooo... Apalagi kalau mereka mau ikutan antri bersama para pasien yang mayoritas adalah rakyat jelata. Sayangnya koq nggak ada yang menangkap peluang ini yaa? Halaahh...
Kalau waktu jaman Orde Baru, PNS wajib menjadi pendukung salah satu partai. kalau ada kampanye, wajib hadir lengkap dengan absensi. Untunglah masa itu telah berakhir, sekarang PNS harus menjaga netralitas dan tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Yeeesss... Bebas oooiii...
Mengenai para kandidat sih belum banyak yang bisa digali, maklum banyak wajah baru. Sementara calon incumbent belum bisa dinilai juga karena pasangannya juga ganti.
So, let's wait and see... Be a smart voter

Jumat, 27 Januari 2012

Organisasi Para Istri

Sebagai seorang istri wajar bila kita dikenal sebagai Ny. A, Ny. B mengikuti nama suami. Aku inget betul, dulu Mamaku selalu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama Papaku (aku sampai heran, bukannya Mama punya nama sendiri yaahh?). Rupanya itu adalah hal yang wajar di lingkungan istri para 'serdadu', kecuali tentunya dengan para istri yang suaminya seangkatan dengan Papaku maka mereka saling memanggil dengan nama kecil dan diembel-embeli dengan Mbak untuk yang lebih tua ataupun Jeng untuk yang lebih tua. Nah, aku sendiri pada awal pernikahan suka geli dan risih kalau ada yang memanggilku dengan panggilan "Ibu Agung" hahaha... kadang malah suka lupa kalau yang dimaksud itu adalah aku, parah banget deh...
Mamaku dulu adalah aktivis sejati organisasi istri para serdadu, mulai dari Persit Kartika Chandra Kirana, Dharma Pertiwi, IKKH (yang kemudian berganti nama jadi IKKA) sampai terakhir berkecimpung di KOWANI. Pokoknya kalau urusan organisasi seperti itu Mamaku top markotop daahh... Sementara seumur-umur aku nikah dengan suami, belum pernah sekalipun aku ikut kegiatan dengan Dharma Wanita, karena masih melekat di ingatanku kalau DW itu identik dengan arisan, rumpi sana-sini, kredit peralatan rumah tangga dll, waahh nggak banget deh yaa...
Waktu kami masih di bawah atap instansi yang sama aku selalu ngeles bahwa aku bukan anggota Dharma Wanita tapi anggota Korpri (kami berdua PNS). Istri Kepala Dinas hanya mampu geleng-geleng kepala.
Setelah suami pindah ke instansi dibawah naungan Pemerintah Provinsi, maka suatu hari datanglah undangan pertemuan Dhanrma Wanita di kantor suami. Harinya bertepatan dengan hari kerja. Kebetulan... berarti ada alasan kuat untuk tidak hadir karena tugas sebagai karyawati tentu lebih utama. Waktu aku minta ijin dengan beribu maaf (dengan gaya yang takzim) eehhh si bu Boss dengan tenangnya ngomong gini, "Halaahhh... nggak pa pa wong saya juga jarang dateng, kita kan sam-sama kerja" Kebetulan memang si bu Boss ini berprofesi sebagai dokter PNS.
Lain lagi dengan bu Boss yang sekarang, beliau aktivis Dharma Wanita sejati. Sering mengadakan pertemuan dan yang bikin nggak enak ati beliau suka sekali 'ngabsen' istri para stafnya yang jarang muncul dan nanti diutarakan waktu kita ketemu pada lain kesempatan. Biasanya beliau ngomong gini, "Yaaa... ini nih yang nggak pernah muncul kalau ada acara Dharma Wanita" Jadilah aku salah tingkah sendiri...
Tapi aku cueklah, toh fungsi Dharma Wanita sekarang juga tidak lagi sebagai 'penunjang tugas suami' dan suamikupun nggak pernah ribet kalau aku nggak pernah muncul disana. Hmmm (just wondering) harusnya kalau ada penunjang tugas suami mestinya ada juga 'penunjang tugas istri' dooonngg... Namanya apa ya? Dharma Gandhul kaleeee hehehe... :p

Rabu, 25 Januari 2012

It's hard being a mother

Siapa bilang perempuan makhluk lemah? Buktinya banyak perempuan yang bisa rangkap tugas atau bahasa kerennya multi tasking...
Kalau dilihat dari keberadaanku sebagai istri, ibu sekaligus wanita karier yang berkarier pagi dan malam hari maka boleh dong kalau aku juga mengkatagorikan diriku sebagai Multitasking Woman hehehe...
kali ini aku pingin cerita tentang salah satu tugasku sebagai ibu.
Minggu yang lalu aku baru saja pulang dari Magelang, nengokin di Mas yang sekolah di sana. Setelah mengantarnya beli buku-buku biografi di pusat penjualan buku dekat Taman Pintar Yogya, kami kembali lagi ke Magelang karena dia hartus sudah masuk kompleks sekolahnya jam 17.00 sore. Tapi sebelum kembali ke sekolahnya kami sempat makan siang di Amplaz sekalian mengambil kaca matanya yang direparasi 6 bulan yang lalu di salah satu optik disana (saking lamanya sampe lupa deh...).
Berhubung long weekend, manusia tumpah ruah disana, sehingga untuk mempersingkat waktu kami bergegas ke optik tempat reparasi kaca matanya dan terus langsung ke lantai 3 yang ternyata padat manusia juga. Untuk gampangnya kami makan di Hoka-hoka Bento. Seperti biasa, aku udah kenyang duluan liat porsi makannya. Banyaaakkkk banget...
Selesai makan kami langsung cabut ke Magelang, tentunya lewat jalan-jalan tikus mengingat jalan utama yang sangat padat dan macet.
Setelah men drop si Mas di kompleks sekolahnya aku dan iparku langsung menuju hotel untuk bermalam mengingat besok masih diperkenankan untuk berkunjung dan pesiar.
Keesokan harinya jam 08.30 aku menjemput si Mas di sekolahnya dan seperti biasa dia belum siap, maka jadilah aku keliling kompleks sekolahnya dengan sedikit aksi candid untuk mengambil photo-photo teman-temannya yang sedang latihan drumband. Setelah siap kuajak si Mas ke hotel untuk sarapan. Tumben, makannya dikit... tapi waktu makan siang untuk mmenebus sarapannya yang sedikit itu, kuajak dia ke Artos (Armada Town Square) mall terbesar di Magelang yang ternyata juga tumpah ruah pengunjung karena ada pertunjukan barongsai. Weleehhh... dengan menembus lautan manusia kami sampai di food courtnya. apa coba yang dipesennya? Ayam goreng sambel kosek Panjiwo. Hadeeuuhh... bener-bener nggak kreatif, mengingat itu adalah menu yang biasa banget buat dia dan temen-temennya.
Keesokan harinya dengan menumpang penerbangan paling pagi aku pulang ke Balikpapan, dan seperti biasa juga begitu pesawat lepas landas mataku langsung 'mbrambangi'... padahal ini sudah tahun keduanya jauh dariku. Cengeng...? Yo beennn!!
Sore harinya waktu aku ketemu kakak sepupuku yang kutitipi si bungsu (yang sekarang kelas 6 SD), kakak sepupuku itu bilang kalau anak wedokku protes. Dia bilang gini, "Kenapa sih Mama itu harus ke Magelang untuk nganter Mas yang cuma mau beli buku...?"
Weleehhh... crreeeppp!!! Menusuk langsung ke jantungku, ternyata si bungsu iri karena merasa aku lebih memperhatikan Masnya. Padahal seminggu sebelumnya aku, dia dan Papanya berlibur ke Bandung sambil 'njagong manten'. She had all of our attention....
Kemarin, aku menjemputnya di sekolah jam 16.00 karena dia harus bimbel di sekolahnya. Dalam perjalanan pulang, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati. Aku katakan terus terang bahwa di mata seorang ibu tidak ada anak yang lebih disayang dibandingkan yang lain, dan kukatakan bahwa aku ke Magelang bukan semata-mata karena Masnya minta dibelikan buku, tapi karena aku juga perlu membagi perhatian dan kasihku buat Masnya.
Syukur alhamdulillah sepertinya dia bisa mengerti, walaupun kulihat masih ada sedikit ketidakpuasan di wajahnya. Yupp... kaya'nya memang masih butuh waktu lebih lama untuk bisa membuatnya mengerti.
It's not easy being a mother but I take this challenge...